Jumat, 10 Januari 2014

Makalah Pemakaian Bahasa Gaul Di Kalangan Remaja

Posting Sebelumnya :Makalah Pemakaian Bahasa Dalam Sms Dikalangan Remaja

BAB I
PENDAHULUAN


Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi antar sesamanya sejak berabad-abad silam. Bahasa hadir sejalan dengan sejarah sosial komunitas masyarakat atau bangsa.  Pemahaman bahasa sebagai fungsi sosial menjadi hal pokok manusia untuk mengadakan interaksi sosial dengan sesamanya.

Disamping fungsi sosial, bahasa tidak terlepas dari perkembangan budaya manusia. Bahasa terkadang sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Bahasa dalam suatu masa tertentu mewadahi apa yang terjadi di dalam masyarakat. Oleh karena itu, bahasa dapat disebut sebagai cerminan zamannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sumarsono dan Partama (2002:20) bahasa sebagai produk sosial atau produk budaya, bahkan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan manusia. Sebagai produk sosial atau budaya bahasa berfungsi sebagai wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku masyarakat, dan sebagai wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

Bahasa sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, dipergunakan untuk mengekspresikan segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran dan perasaan penuturnya. Ungkapan pikiran dan perasaan manusia dipengaruhi oleh dua hal yaitu oleh keadaan pikiran dan perasaan itu sendiri. Ekspresi bahasa lisan dapat dlihat dari mimik, intonasi, tekanan, dan lain lain. Ekspresi bahasa tulis dapat dilihat melalui diksi, pemakaian tanda baca, dan gaya bahasa. Ekspresi diri dari pembicaraan seseorang memperlihatkan gejala keinginannya, latar belakang pendidikannya, sosial dan ekonomi. Selain itu, pemilihan kata dan ekspresi khusus dapat menandai identitas kelompok dalam masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Variasi Bahasa

Bahasa dalam lingkungan sosial masyarakat satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Kelompok-kelompok sosial tersebut menyebabkan bahasa yang dipergunakan bervariasi. Kebervariasian bahasa ini timbul sebagai akibat dari kebutuhan penutur yang memilih bahasa yang digunakan agar sesuai dengan situasi konteks sosialnya. Oleh karena itu, variasi bahasa timbul bukan karena kaidah-kaidah kebahasaan, melainkan disebabkan oleh kaidah-kaidah sosial yang beraneka ragam.

Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, serta fungsinya. Pengelompokan bahasa-bahasa ke dalam dialek atau subdialek atau hanya sekedar dua variasi saja, dapat ditentukan dengan berbagai macam metode dan analisis, misalnya mencari persamaan dan perbedaan kosakatanya. Dalam variasi bahasa setidaknya terdapat tiga pola, yaitu pola-pola bahasa yang sama, pola-pola bahasa yang dapat dianalisis secara deskriptif, dan pola-pola yang dibatasi oleh makna yang dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi. Disamping itu, variasi bahasa dapat dilihat dari enam segi, yaitu tempat, waktu, pemakai, situasi, dialek yang dihubungkan dengan sapaan, status, dan pemakainannya/ragam (Pateda, 1987:52).

Kridalaksana (1984:142) mengemukakan bahwa ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya yang berbeda menurut topik, hubungan pelaku, dan medium pembicaraan. Jadi, ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya, yang timbul menurut situasi dan fungsi yang memungkinkan adanya variasi tersebut.

 

2.2 Sejarah Pemakaian Bahasa Gaul di Indonesia.

Bahasa gaul di Indonesia sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-istilah bahasa gaul bertujuan untuk merahasiakan isi obrolan komunitas tertentu. Namun, karena sering juga digunakan di luar komunikasinya, lama kelamaan istilah tersebut menjadi bahasa-bahasa sehari-hari. Pada masa itu bahasa khas anak muda biasa disebut bahasa prokem. Salah satu bahasa prokem yang sering dipakai sampai sekarang adalah ‘bokap’.

Bahasa prokem awalnya digunakan para preman yang kehidupannya dekat dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-orang diluar komunitas tidak mengerti. Dengan begitu, mereka tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah mereka lakukan. Para preman tersebut menggunakan bahasa prokem di berbagai tempat, bahkan di tempat umum sekalipun. Lambat laun, bahasa tersebut menjadi bahasa yang akrab di lingungan sehari-hari. Akhirnya, yang bukan preman pun ikut-ikutan menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa prokem tidak lagi menjadi rahasia.

 

2.3 Bahasa Gaul, Slang, dan Prokem

Terdapat dua situasi yang menggolongkan pemakaian bahasa di dalam masyarakat, yaitu situasi resmi dan tak resmi. Situasi tidak resmi akan memunculkan suasana penggunaan bahasa yang tidak resmi juga. Kaidah dan aturan dalam bahasa baku tidak lagi menjadi perhatian. Prinsip yang dipakai dalam bahasa tidak resmi adalah asal orang yang diajak bicara bisa mengerti. Dari ragam tidak resmi tersebut, selanjutnya memunculkan istilah yang disebut dengan istilah bahasa gaul.

Prestise bahasa gaul ini makin kuat dengan digunakannya ragam bahasa ini oleh para pembawa acara televisi. Ragam bahasa pergaulan anak kota ini segera mendominasi cara berbahasa di Indonesia. Beberapa petinggi dan pengamat bahkan mulai gemar menggunakan ragam bahasa gaul itu di sela-sela bahasa Indonesia mereka dalam acara-acara gelar wicara.

Bahasa gaul dari masa ke masa berbeda karena bahasa gaul berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Tidak mengherankan apabila bahasa gaul remaja digunakan dalam lingkungan dan kelompok sosial terbatas, yaitu kelompok remaja.

Bahasa slang oleh Kridalaksana (1982:156) dirumuskan sebagai ragam bahasa yang tidak resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau kelompok sosial tertentu untuk berkomuniksi internal sebagai usaha agar orang di luar kelompoknya tidak mengerti. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwasilah (1985:57) bahwa slang adalah variasi ujaran yang bercirikan dengan kosakata yang baru ditemukan dan cepat berubah, dipakai oleh kaum muda atau kelompok sosial dan professional untuk komunikasi di dalamnya.

Bahasa prokem biasa juga disebut bahasa sandi, yaitu bahasa yang dipakai dan digemari oleh kalangan remaja tertentu. Selama komunikasi seperti ini diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Bahasa prokem tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang social budaya pemakaianya. Tumbuh kembang bahasa seperti itu selanjutnya disebut sebagai perilaku bahasa dan bersifat universal.

Slang merupakan penggunaan bahasa secara khusus yaitu dengan mengubah bentuk atau makna kata-kata. Pengubahanya terjadi dalam proses morfologis.Oleh karena itu, slang dapat di analisis dari satuan-satuan lingualnya.Kridalaksana (1996:2) menjelaskan proses yang terjadi dalam leksem yakni:1.derivasizero, 2.afiksasi, 3.reduplikasi, 4.abreviasi, 5.komposisi dan 6.derivasi balik. Slang merupakan salah satu ragam yang terdapat dalam pemakaian bahasa, sehingga dalam slang juga terdapat proses-proses morfologis seperti di atas.

 

2.4 Penggunaan Bahasa Gaul di kalangan Remaja

Bahasa-bahasa yang dipakai oleh kaum yang terbuang di zaman dahulu itu kini marak dipakai di kalangan remaja. Kata-kata seperti bokap, nyokap, bonyok, pembokat, dll. seperti sudah tidak asing lagi di telinga, karena istilah-istilah itu sudah sering sekali diucapkan para remaja di Indonesia.

Dalam perkembangannya justru remaja-remaja inilah yang lebih banyak menggunakan bahasa gaul untuk digunakan dalam percakapan sehari-haribersamateman-temannya.Remaja memiliki peran yang besar dalam perkembangan bahasa gaul ini, karena saat remaja adalah saat di mana aspek kognitif berkembang dengan pesat. Pada tahap ini, manusia cenderung lebih menunjukkan kapasitas abstraknya, yakni dengan menggunakan bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh mereka sendiri (Papalia: 2004). Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, perkembangan bahasa remaja mengalami peningkatan pesat. Kosakata remaja terus mengalamiperkembangan seiring dengan bertambahnya referensi bacaan dengan topik-topik yang lebih kompleks.

Sebagian besar remaja di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan santainya menggunakan bahasa gaul dalam interaksi komunikasi di dalam kelompoknya. Bahasa remaja mempunyai karakterisitik tersendiri yang membedakan dengan variasi bahasa lain. Karakterisitik bahasa remaja tampak pada pilihan kata yang salah satunya dapat berupa singkatan maupun akronim. Bentuk ini paling banyak digunakan oleh kalangan remaja, fonomena ini diperkuat oleh Lie Charlie (1993:3) yang berpendapat bahwa kenyataannya, meskipun diserang dan dihimpit dari segala penjuru, jumlah akronim terus bertambah tiada henti-hentinya. Jika seseorang mengatakan bahwa bahasa adalah milik masyarakat pemakainya, maka mereka juga akan mengetahui bahwa akronim juga dicintai sebagian besar masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Gejala suburnya penggunaan akronim dan penyingkatan bisa dikatakan efektif dan ekonomis bagi pertuturan. Pilihan kata yang dipakainya pun bervariasi, ada yang merupakan serapan dari bahasa asing dan daerah lain dan ada juga yang merupakan hasil kreasi remaja setempat.

Pada tahun 1990-an, masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya Kota Kendari diramaikan oleh kehadiran berbagai istilah bahasa remaja yang kadang-kadang sangat membingungkan orang lain yang mendengarkan istilah-istilah para remaja tersebut.Beberapa istilah remaja yang sempat populer di tengah-tengah masyarakat Kota Kendari yaitu kodimo (artinya: kamu diam monyet), kodise (kamu diam setan), komodo(kamu diam monyet bodoh), ubi karet (orang yang berwajah jelek), ubi kayu (orang yang berwajah jelek), dan juga janter (jangan terlalu) atau janterententeng (jangan terlalu). Selain istilah-istilah itu, pada akhir tahun 1990 sampai awal tahun 2000, masyarakat kota ini kembali disuguhi istilah kogambar, kolukis, dan kohapus. Istilah-istilah tersebut ramai dipakai oleh para remaja, sebagai bahasa pergaulan di dalam sebuah komunitas, sehingga dengan sendirinya tercipta menjadi istilah atau kosakata bahasa gaul remaja Kota Kendari.

Setiap kata slang di atas mengalami proses morfologis,baik itu dalam bentuk dervasi Zero,afiksasi,reduplikasi,abreviasi,komposisi ataupun derivasi balik. Berikut beberapa contoh kosa kata yang mengami proses morfologis:

  1. Derivasi Zero
    Dalam proses ini leksem menjadi kata tunggal tanpa perubahan apa‑apa:
    leksem derivasi zero kata tunggaal Misalnya:
    Gayanya ji, ini cewek kaya dia cantik saja padahal……….biasa ji!
    Kogambar kalo kmu mau dapat juara satu nah!
    Kaya tong banyak uangnya Maborro sekali.
  2. Reduplikasi
    Dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks dengan beberapa macam proses pengulan­gan. Misanya:
    X: diantara teman- temanq kayaknya saya jie yang terpintar.
    Y: oh yeah……..klo gitu me-met nah!!!
    Huffffff……..sa pusing deh tinggal di rumah,kita Metro-metro pi!
    Hahahayy….apa???ko mo jadi celebrity Nga-ngako!!
  3. Abreviasi
    Dalam proses ini leksem atau gabungan leksem meniadi kata kompleks atau akronim atau singka­tan dengan pelbagai proses pemendekan. Misalnya:
    Aduuhh…. mo dibilang Kapas!
    (Aduh mo di bilang kayak apa saja!)
    Dasar Petubo...sok-sok juga,sudah jelek suka menghina lg.
    (Dasar Pendek Tua berotot sok-sok juga,sudah jelek suka menghina lg.)
    X: Saya mi yang tercantik n terkaya disini nah!!
    Y: Hepuuu……Pesona.…….!!!! (Aduhh…..Pelan saja Ona)

Dari beberapa contoh di atas,kata slang yang ada di kota kendari kebanyakan pembentukan katanya mengalami proses abreviasi dan reduplikasi. Singkatan dan reduplikasi tersebut diatas diserap dari media elektronik baik film maupun tayangan TV lainnya, kemudian remaja kota Kendari juga menggunakannya sebagai bahasa pergaulan sehari-hari.

 

2.5 Fungsi bahasa gaul remaja

Bahasa remaja diciptakan oleh remaja untuk remaja. Bahasa gaul dapat berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Fungsi bahasa gaul remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  1. Mengakrabkan.
    Salah satu fungsi diciptakannya bahasa slang oleh remaja adalah untuk menciptakan suasana akrab,misalnya:mace yang bermakna ‘mama cerewet’ digunakan oleh remaja kota Kendari sebagai sapaan dan istilah yang sangat akrab ditujukan untuk mama atau ibu.
  2. Menyindir
    Bentuk abreviasi bahasa gaul remaja kota Kendari dapat juga berfungsi untuk menyindir lawan tutur baik yang sudah akrab maupun tidak, misalnya: Pelampung yang maknanya pelan saja kampungan,digunakan untuk menyindir orang yang berlagak moderen tetapi perawakannya sunnguh kampungan.
    X : sy nah orang paling kaya di tempatku,ada 4 hae mobilku!!
    Y  : Huff..Pelampung,nda perlu pake urat..!!!
  3. Memaki
    Fungsi bentuk bahasa gaul ini dapat juga digunakan untuk memaki. Hal ini sering dilontarkan oleh seseorang atau anggota kelompok yang sudah akrab hubungannya seperti pada contoh kata kodimo yang bermakna ‘ko diam monyet’ digunakan sebagai makian ketika kedua lawan tutur saling mengenal dan akrab, sehingga dengan menggunakan akronim ini tidak terjadi ketersinggungan.Namun, ada juga kata yang digunakan sebagai bentuk ekspresi kekesalan atau kejengkelan kepada lawan tutur, contohnya:
    Dasar Petubo! Sudah jelek sok cantik lagi paaa…….!
    Dasar Pendek Tua Berotot!sudah jelek sok cantik lagi paa…!

    Contoh diatas ditujukan untuk memaki seseorang yang kesannya cantik, tapi kenyataannya tidak.
  4. Merahasiakan
    Terdapat pula bentuk abreviasi yang berfungsi untuk merahasiakan sesuatu agar orang lain atau orang di luar kelompoknya tidak mengetahui maksud pembicaraan,seperti pada kata Kampina yang maknanya Kampungan. kampina merupakan penyamaran bunyi dari kata kampungan. Dengan menyamarkan bunyi tersebut,orang yang bukan anggota komunitas pemakai bahasa gaul tidak akan memahami apa arti kampina walaupun kata itu ditujukan pada dirinya.
Ada juga kosakata bahasa gaul yang menggunakan nama-nama negara. Misalnya, jermanuntuk menyebut kawasan jejeran mandonga (di Kota Kendari), kanada untuk menyebut kawasan kanakea bagian dalam (di Kota Baubau), jakarta untuk menyebut kawasan jalan karya atas (di Kota Baubau), belanda untuk menyebut kawasan belakang taman budaya (di Kota Kendari), bandung untuk menyebut kawasan bandalatte bagian gunung (di Kota Kolaka).

BAB III
PENUTUP


Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi, jadi penggunaan bahasa gaul atau bahasa alay dalam kehidupan, merupakan hal yang sah dan wajar saja jika dilihat pengertian bahasa. Penggunaan bahasa gaul menunjukkan bahwa bahasa memang bersifat universal, unik, dan produktif. Hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya kosakata baru dan masyarakat pun tidak harus menunggu lama untuk mengerti tentang kata-kata yang baru itu. Penggunaan bahasa gaul memang sah saja di dalam masyarakat, asal penggunaannya tepat sasaran, dan dalam waktu yang tepat.

Bahasa gaul yang dulunya hanya dipakai oleh kaum yang terbuang dari masyarakat ini, telah menjadi bahasa yang umum digunakan terutama oleh kalangan remaja. Dengan menggunakan bahasa gaul ini, mereka merasa dapat mengekspresikan perasaa mereka. Dalam perkembangannya bahasa ini menjadi sulit untuk dimengerti, sehingga memunculkan kaum baru yang menggunakan bahasa atau istilah-istilah ini yang disebut kaumalay.

 

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa. 1985.

Kridalaksana, Harimukti. 1992. Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimukti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Parera, Jos Daniel. 1988. Morfologi. Jakarta: PT. Gramedia

Nababan, P.W.J. 1986. Sosiolinguistik sebagai Suatu Pengantar Qwal. Jakarta: Gramedia.

0 komentar :

Posting Komentar

 
Design by Blogger Indonesia | Bloggerized by Pratama