Jumat, 24 Januari 2014

Menulis kreatif - Beberapa Kecendrungan Mutakhir Puisi Indonesia

Menulis kreatif - Beberapa Kecendrungan Mutakhir Puisi Indonesia

A. BEBERAPA KECENDRUNGAN MUTAKHIR PUISI INDONESIA

Untuk mengungkapkan kecendrungan mutakhir puisi Indonesia, kita tidak hanya terikat pada tema (struktur tematik) tetapi juga pada struktur fisik puisi (struktur sintatik). Kecendrungan mutakhir puisi Indonesia kebetulan juga menampilkan struktur tematik dan struktur sintatik yang berbeda dengan puisi-puisi masa sebelumnya.

Penelitian puisi mutakhir akan melibatkan beberapa nama penyair yang memberi warna cukup kuat dalam peta perpuisian Indonesia. Nama-nama itu mewakili beberapa nama lain yang mengikut jalur perpuisian yang dipelopori. Penyair yang disebut menjadi “avant garde” untuk jalur perpuisiannya. Dalam hal ini, puisi mutakhir tidak hanya memiliki satu jalur saja, baik yang konvensional maupun yang non-konvensioanal. Nama-nama tersebut diantaranya adalah : Sutardji Calzoum Bahri, Sapardi Djoko Darmono, Goenawan Mohamad, Rendra, Linus Suryadi A.G., Abdul Hadi W.H., Darmanto Yt., Emha Ainun Najib, Hamid jabar, Eka Budianta, dan F.Rahardi.

Kecendrungan melakukan penyimpangan tema dan nampaknya begitu kuat pada penyair-penyair mutakhir. Tema puisi yang biasanya dikaitkan dengan hal yang sublim, yang halus, yang luhur, yang menghindari kata tabu, akhir-akhir ini cenderung melepaskan ikatan itu, banyak penyimpangan bahasa yang dilakukan penyair sabagai ujud ekspresi kretifitasnya. Bentuk tipografi konfensional juga banyak ditinggalkan, sekalipun masih banyak penyair yang mempertahankan tipografi konvensional.

Munculnya Sutardji Calzoum Bahri dalam dunia perpuisian Indonesia dipandang sebagai warna kuat untuk munculnya wajah baru puisi Indonesia. Secara berlebihan Dami N. Toda mengibaratkan Chairil Anwar sebagai mata kanan dan dan Sutardji Coulzoum Bahri sebagai mata kiri. Suatu perpaduan yang tidak dapat dipisahkan dan bersifat saling mengisi. Jika ada 4 nama penyair besar di Indonesia, maka nama itu pastilah : Amir Hamzah, Chairil Anwar, Rendra, dan Sutardji Calzom Bahri. Dan jika hanya disebutkan hanya dua penyair ( seperti halnya mata ), maka Dami N. Toda nampaknya cenderung menyebutkan Chairil A nwar dan Sutardji Calzoum Bahri. Hal ini dapat diterimah mengingat Sutardji telah mendobrak konvensi perpuisian yang selama ini mendasari penciptaan puisi Indonesia. Sutardji menolak penjajahan makna.

Leech menyatakan adanya 9 penyimpangan bahasa puisi. Tentu saja penyimpangan ini belum tentu terdapat dalam setiap karya penyair. Mungkin seorang penyair hanya menunjukan salah satu penyimpangannya saja. Tetapi boleh jadi ada puisi yang menunjukan ke-9 penyimpangan tersebut.

Ke-9 penyimpangan itu seperti telah disebutkan dalam Bab III adalah : (1) penyimpangan leksikal, maksudnya penyimpangan makna kata; (2) penyimpangan semantik, artinya kebanyakan puisi kata-katanya bermakna konotatif : (3) penyimpangan fonologis, artinya sering digunakan kata-kata dengan bunyi yang menyimpang untuk memperoleh efek kepaduan bunyi; (4) penyipangan morfologi: (5) penyimpangan sintaksis; (6) penyimpangan dialek; (7) penyimpangan register; (8) penyimpangan historis; (9) penyimpangan grafologis.

Refrensi : Buku Menulis kreatif

0 komentar :

Posting Komentar

 
Design by Blogger Indonesia | Bloggerized by Pratama