Jumat, 24 Januari 2014

Ruang Lingkup EYD

Ruang Lingkup EYD

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Ejaan merupakan konvensi grafis, yaitu perjanjian antara anggota masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya. Bunyi bahasa yang seharusnya diucapkan diganti dengan lafal-lafal dan lambang-lambang lainnya.

Di samping itu, ejaan merupakan sebuah kesepakatan untuk menggunakan lambang bunyi tertentu dan tanda-tanda tertentu agar dapat saling memahami. Pendeknya, ejaan mengupayakan agar komunikasi tertulis sama baiknya dengan komunikasi lisan melalui tanda-tanda dan simbol-simbol yang sudah disepakati.

Ejaan bahasa indonesia dewasa ini disebut ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan disingkat “ EYD” yang merupakan kaidah-kaidah atau aturan yang harus disepakati oleh para penutur bahasa terutama bahasa tulis. Tetapi sangat disayangkan karena para penutur bahasa tulis terutama para mahasiswa masih banyak yang tidak mampu menyepakati bahkan menguasai aturan atau kaidah-kaidah tersebut. Karena ilmu bahasa tidak hanya terbatas pada ejaan serta ruang lingkup ejaan saja melainkan banyak yang lainnya yang harus dikuasai seperti ruang lingkup pedoman umum pembentukan istilah, kata baku dan tidak baku, fungsi bahasa baku, perbedaan antara singkatan dan akronim, makna kata dan perubahan makna kata, bahkan jenis-jenis kata dalam bahasa Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah yaitu “Apa saja ruang lingkup dalam EYD?”

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui ruang lingkup dalam EYD

 

II. PEMBAHASAN

A. RUANG LINGKUP EYD

Pada dasarnya ruang lingkup dalam EYD terbagi menjadi tiga (3) bagian yaitu: pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

1. PEMAKAIAN HURUF

A. Huruf Abjad

Huruf abjad yaitu huruf yang biasa digunakan untuk dasar membaca dan menulis yang diawali dengan huruf A dan diakhiri dengan huruf Z.

Contoh: A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,dan Z.

Contoh dalam kalimat(pemakaian huruf abjad A)

Aula STKIP Muhammadiyah Pringsewu sedang dalam perbaikan.

B. Huruf Vokal

Huruf vokal adalah huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa indonesia terdiri atas huruf A, E, I, O, dan U. Bunyi huruf vocal dinhasilkan oleh pita suara terbuka lebar yang keluar melalui rongga mulut tanpa mendapat hambatan. Lambang huruf vocal ada lima, namun dalam pengucapan terdapat enam yaitu penambahan huruf “e” pepet. Contoh kata teras,seri,kecap.

Contoh: Murid-murid SD Muhammadiyah bermain di teras sekolah.

Kami menonton film seri di bioskop Central Plaza.

Kecap Bangau adalah kecap favorit para ibu rumah tangga.

C. Huruf Konsonan

Huruf konsonan adalah huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa indonesia terdiri atas huruf B, C, D, F, G, H, J, K, L, M, N, P, Q, R, S, T, V, W, X, Y, dan Z. Bunyi huruf konsonan di hasilkan oleh pita suara yang terbuka sedikit dengan mendapat hambatan di tempat alat artikulasi.

Contoh: Bahasa merupakan alat komunikasi kita sehari-hari.

D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa indonesia terdapat ditong yang dilambangkan dengan AI, AU, dan OI. Bunyi diftong atau vocal rangkap di hasilkan melalui posisi lidah ketika memproduksi bunyi pada bagian awal dan bagian akhirnya tidak sama.

Contoh:

Huruf diftong : Ai, contohnya: Ain, syaitan, dan pandai.

Huruf diftong Au, contohnya : Aula, saudara, harimau

Huruf diftong Oi, contohnya : Boikot, amboi

Contoh: Para demontsran memboikot jalan sekitar bundaran Hotel Indonesia.

E. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,yaitu KH, NG, NY, dan SY.

Contoh:

Gabungan huruf konsonan: KH, contohnya: Khusus, akhir, tarikh.

Akhir Bulan Oktober ini sudah terjadi bencana alam yang merenggut korban

jiwa yakni bencana Merapi dan Tsunami di Kepulauan Mentawi.

Gabungan huruf konsonan: NG, contohnya: Ngiu, bangun,senang

Para korban bencana Tsunami Mentawai terlihat senang ketika Presiden SBY meninjau langsung tempat terjadinya bencana di Mentawai.

Gabungan huruf konsonann: NY, contohnya: Nyata, hanyut.

Gabungan huruf konsonan: SY, contohnya: Syarat, isyarat.

F. Pemenggalan Kata

  1. Pemengalan kata pada kata dasar
    • Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemengalan itu dilakukan diantara kedua huruf vokal itu.

      Contoh: ma-in, sa-at, bu-ah
    • Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, diantara huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf vokal.

      Contoh: Ba-pak, ba-rang, su-lit, lawan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir
    • Jika ditengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan ,pemenggalan di lakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak dapat diceraikan.

      Contoh: Man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, ap-ril.
    • Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,pemenggalan di lakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan kedua.

      Contoh: In-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut.

  2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan,termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk sertapartikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya,dapat di penggal pada pergantian baris.

    Contoh: Makan-an, me-ra-sa-kan, mem-bantu, pergi-lah.

  3. Jika suatu kata terdiri lebih dari satu unsur dan salah satu unsur dapat bergabung dengan unsur lain pemenggalan dapat di lakukan (1). Di antara unsur-unsur itu (2).pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b,1c, dan 1d di atas.

    Contoh: Bio-grafi, bi-o-gra-fi, foto-grafi, fo-to-gra-fi.

    Di samping itu pemakaian huruf dapat di lakukan pad pemakaian hruf kapital atau huruf besar, dan pemakaian huruf miring.

 

2. PENULISAN KATA

a. Kata Dasar

Kata dasar yaitu kata yang di tulis sebagai satu kesatuan.

Contoh: Baju itu sangat mahal.

b. Kata Turunan

  1. Imbuhan ( awalan, sisipan, akhiran ) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
    Contoh:
    Bergeletar, dikelola, penetapan.
    Perusahaan itu dikelolo olrh seorang pemimpin yang sangat andal.
  2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya.
    Contoh:
    Bertepuk tangan, garis bawahi.
    Para peserta seminar bertepuk tangan setelah mendengarkan
  3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,unsur gabungan kata itu di tulis serangkai.
    Contoh:
    Menggarisbawahi ,menyebarluaskan.
  4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai.
    Contoh:
    Adipati, antarkota, pramuniaga, swadaya.

c. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.

Contoh:

Anak-anak, buku-buku,gerak-gerik

d. Gabungan Kata

  1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
    Contoh:
    Duta besar, kambing hitam, rumah sakit umum.
  2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
    Contoh:
    Alat pandang-dengar, anak-istri saya, orang-tua muda.
  3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai
    Contoh:
    Bagaimana, barangkali, bilamana

e. Kata Ganti Ku, Kau, Mu, dan -Nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh:

Apa yang kumiliki boleh kauambil.

Uangku, uangmu, dan uangnya disimpan di Bank Lampung.

f. Kata Depan Di, Ke, dan Dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Contoh:

Kain itu terletak di dalam lemari

Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan

Ia datang dari Surabaya kemarin

j. Kata Si dan Sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya

Contoh:

Harimau itu marah sekali kepada Sang kancil

Surat itu dikirimkan kembali kepada Si pengirim

k. Partikel

  1. Partikel -lah, -kah, dan ditulis serangkaian dengan kata yang mendahuluinya.
    Contoh:
    Bacalah buku itu baik-baik
    Apakah yang tersirat dalam surat itu
  2. Partikel Pun, ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya
    Contoh:
    Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus
  3. Partikel per, yang berarti “mulai, demi , dan tiap.” ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya
    Contoh:
    Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 april

i. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan yaitu bentuk yang dipendekan yang terdiri atas satu huruf atau lebih

  • Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik
    Contoh:
    A.S. Kramawijaya
    Suman Hs.
  • Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan dan organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik
    Contoh:
    DPR Dewan Perwkilan Rakyat
    PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
  • Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau kebih diikuti satu tanda titik
    Contoh:
    dll. dan lain-lain
    dsb. dan sebagainya
  • Lambang kimia, singkatan, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik
    Contoh:
    Cu kuprun
    Cm senti meter

2. akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yag diperlakukan sebagai kata

  • akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf capital
    contoh:
    ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
    LAN Lembaga Administrasi Negara
  • akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret ditulis dengan huruf awal huruf kapital
    contoh:
    Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
    Kowani Kongres Wanita Indonesia
  • akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
    Contoh:
    pemilu pemilihan umum
    tilang bukti pelanggaran

3. PEMAKAIAN TANDA BACA

Dalam pemakaian tanda baca mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Tanda titik (.)

  1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Nenekku tinggal di Jawa Tengah.
  2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,ihtisar atau daftar. Misalnya:
    I. PENDAHULUAN
    A. Latar Belakang Masalah
    B. Rumusan Masalah
    C. Tujuan Penulisan
  3. tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,menit,dan detik yang menunjukan waktu. Misalnya: Tsunami di Mentawai terjadi pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2010 pukul 22.10 WIB.
  4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka,jam,menit dan detik yang menunjukan jangka waktu. Misalnya:
    Aku menunggu di stasiun kereta api selama 1.45.26 jam.
  5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya:
    Waridah, Ernawati.2008.EYD Seputar Kebahasa-Indonesiaan.Bandung:KawanPustaka.
  6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya:
    Desa ini berpenduduk 25.300 orang.
  7. Tanada titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatan yang tidak menunjukan jumlah. Misalnya:
    Kakakku lahir pada tahun 1987 di Pringsewu.
  8. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,ilustrasi,tabel, dan sebagainya. Misalnya:
    Acara Kunjungan Presiden SBY
  9. Tanda titik tidak dipakai di belakang nama pengirim dan tanggal surat,serta nama dan alamat penerima surat. Misalnya:
    Jalan Ahmad Yani 64
    Pringsewu (tanpa titik)
    2 November 2010 (tanp a titik)

b. Tanda koma (,)

  1. Dipakai di antara unsure-unsur dalam suatu perincian. Misalnya:
    Adik membeli tas,buku, pensil, dan penghapus untuk keperluan sekolah.
  2. Dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara dengan kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata hubung seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misanya:
    Saya ingin pergi, tetapi dia tidak kunjung datang.
  3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak itu mendahulai induk kalimatnya. Misalnya:
    Kalau hari hujan, dia tidak akan pergi.
  4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak kalimat mengiringi induk kalimat. Misalnya:
    Dia tidak akan pergi kalau hari hujan.
  5. dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
    Kendaraan di jalan semakin padat. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
  6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari dari bagian laindalam kalimat. Misalnya:
    Kata Ayah,”Nenek akan datang.”
  7. dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya. Misalnya:
    Ibu Dra. Lisdwiana Kurniati, M.P.d. adalah dosen Mata Kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia.
  8. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya:
    Semua Mahasiswa STKIP Muhammadiyah, baik laki-laki maupun perempuan, harus mematuhi peraturan kampus.
  9. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, dari kata lain yang terdapat dalam kalimat. Misalnya:
    Aduh, Kartu Peserta Ujianku tertinggal di rumah!
  10. Dipakai diantara nama dan alamat,bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah yang ditulis berurutan. Misalnya: Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Ketua Jurusan Bahasa dan Seni, STKIP Muhammadiyah, Jalan Makam, Pringsewu.
  11. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
    Alisjahbana, Sutan Takdir.1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.Djakarta:PT Pustaka Rakyat.
  12. Dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya:
    W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang(Yogyakarta; UP Indonesia, 19670,hlm.4.
  13. Dipakai di muka anka persepuluhan atau diantara rupiahyang dinyatakan dengan angka. Misalnya:
    Kedalaman sungai itu hanya 12,5 m.
  14. Dipakai untuk menghindari salah salah bacadi belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
    Atas bantuan Fara, Intan mengucapkan terima kasih.
  15. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsungdari bagian lain yang mengiringinya jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya atau seru. Misalnya:
    Ke mana Saudara akan pergi?” Tanya Anto.

c. Tanda titik koma (;)

  1. Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya:
    Malam semakin larut;tugas kuliah belum selesai juga.
  2. Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya:
    Saya mengerjakan tugas kuliah; kakak asyik menonton televisi.

d. Tanda titik dua (: )

  1. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti pemberian.
    Ibu memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja,dan lemari.
  2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
    Misalnya: Acara akan di laksanakan pada:
    Hari :
    Tempat :
    Waktu :
  3. Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
    Amir : “ Baik, Bu,” (mengangkat kompor dan masuk)
  4. Dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, diantara bab dan ayat dalam kitab suci,diantara judul dan anak judul suatu karangan,serta nama kota dan penerbit buku. Misalnya:
    Guru agama Islam membacakan surat Al Imron:156.

e. Tanda hubung (-)

  1. Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.
    Misalnya: Ani memakai baju kemerah-merahan.
  2. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan penghilang bagian kelompok kata. Misalnya: Sesama teman harus memiliki rasa kesetiakawanan-sosial.
  3. Dipakai untuk merangkaikan se dengan kata berikutnya, ke dengan angka, angka dengan an. Misalnya:
    Pada tanggal 17 Agustus se-Indonesia merayakan kemerdekaan.
  4. Untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing.Misalnya:
    Taufik Hidayat unggul dalam pertandingan bulu tangkis setelah men-smash lawannya.
  5. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris, Misalnya:
    Di sampina cara-cara lama itu ada juga ca-
    Ra yang baru.
  6. Menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian katadi depannya pada pergantian baris. Misalnya:
    Senjata ini merupakan alat pertahan-
    an yang canggih.
  7. Menyambung huruf kata yang di eja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a

f. Tanda pisah (­-- )

  1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang member penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya:
    Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
  2. Dipakai diantara dua bilangan,tanggal atau tempat dengan arti’ sampai ke’ atau ‘sama dengan’. Misalnya:
    Pertandingan sepak bola itu berlangsung dari tanggal 2--8 November 2010.

g. Tanda ellipsis (…)

  1. Dipakai dalam kalimat terputus-putus. Misalnya:
    Kalau begitu… ya,kita harus semangat.
  2. Menunjukan ahwa dalam suatu kalimatada bagian yang di hilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan… akan diteliti lebih lanjut.

h. Tanda Tanya (?)

  • Dipakai pada akhir kalimat tanya.
  • Kapan kamu akan pulang?
  • Dipakai di dalam tanda kurunguntuk menyatakan bagian kalimatyang kurang dapat dibuktikan kebenaranya.
  • Uangnya sebanyak 20 juta rupiah(?) hilang.

i. Tanda seru (!)

Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan.

Alangkah seramnnya peristiwa itu!

j. Tanda kurung ( (…) )

  • Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
  • Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK ( Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
  • Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan

k. Tanda kurung siku ( […] )

l. Tanda petik (”…”)

m. Tanda petik tunggal (‘…’)

n. Tanda garis miring ( / )

o. Tanda penyingkat atau apostrop ( )

p. Angka dan Lambang Bilangan

Angka lambang bilangan yaitu angka yang dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.

Misalnya:

Angka : 0, 1, 2, 3, 4, 5 dsb.

Angka romawi : I, II, III, IV, V dsb.

 

III. PENUTUP

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).

EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia resmi

Ruang lingkup dalam EYD secara garis besar terbagi ke dalam tiga bagian yaitu pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

Ruang lingkup pembentukan istilah terbagi ke dalam beberapa kategori yaitu (1). Konsep dasar yang meliputi: definisi istilah, tata istilah dan tata nama, istilah khusus dan istilah umum, kata dasar peristilahan, imbuhan peristilahan, kata ulang peristilahan, gabungan kata peristilahan, dan perangkat kata peristilahan. (2). Sumber istilah yang mencakup: kosa kata bahasa indonesia, kosa kata bahasa serumpun, kosa kata bahasa asing, penerjemahan istilah asing, penyerapan istilah asing, penyerapan dan penerjemahan sekaligus, macam dan bentuk sumber serapan, istilah asing yang bersifat internasional, dan bagan prosedur pembentukan istilah.

Kata baku adalah kata yang cara pengucpan atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan. Sedangkan kata tidak baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah umum tersebut.

Fungsi bahasa baku adalah sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawaan, dan kerangka acuan.

Ciri-ciri bahasa baku adalah tidak dipengaruhi bahasa daerah, tidak dipengaruhi bahasa asing, bukan merupakan bahasa percakapan, pemakaian imbuhan secara eksplisit, pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat, tidak terkontaminasi, tidak rancu, tidak mengandung arti pleonasme, dan tidak mengandung hiperkorek.

Perbedaan antara singkatan dan akronim terletak pada bentuk singkatan dilafalkan huruf per huruf. Sedangkan akronim dilafalkan sebagai kata atau suku kata.

Makna kata berkaitan dengan hubungan antara satu lambang bahasa denagan lambang lainnya atau hubungannya denagan suatu benda. Makna kata terdiri atas beberapaa jenis, yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna denotatif, dan makna konotatif.

Perubahan makna dapat berupa perluasan, penyempitan , peniggian, perendahan, pertukaran tanggapan, atau persamaan sifat.

Jenis-jenis kata dalam bahasa indonesia terbagi menjadi: kata benda, kata ganti, kata kerja, kata sifat kata sapaan, kata penunjuk, kata bilangan, kata penyangkal, kata depan, kata penghubung, kata keterangan, kata Tanya, kata seru, kata sandang dan kata partikel.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sarwoko Tri, Adi. 2003. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasaan Indonesia. Jakarta: Kawan pustaka.

Arifin A, Zaenal dan Tasai S, Amran. 2008. Cermat Berbahsa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Pustaka Setia.

Www. Ymci. Web. Id.

Jangan lupa baca juga Posting Sebelumnya : MEKAH, KABAH DAN QURAISY

0 komentar :

Posting Komentar

 
Design by Blogger Indonesia | Bloggerized by Pratama